Cinta. Tak akan pernah lenyap dari kehidupan. Yang
selalu menghiasi hari-hari, jam-jam, menit-menit dan tiap detik. Mengubah
amarah menjadi ramah, mengubah sedih jadi riang, mengubah kikir jadi dermawan.
Membuat semua menjadi indah. Meski terkadang cinta tak terbalas. Cinta bertepuk
sebelah tangan. Tersakiti oleh pasangannya, tapi tetap saja dipertahankan. Itulah
pertanyaan yang selalu terngiang-ngiang dalam benakku. Yang segera ingin kutemukan
jawabannya.
Pagi ini aku mendapat miscall-miscall dari nomor tak
dikenal. Dan akhirnya kutulis sms dan kukirim ke nomor itu :
Assalamualaikum
warohmatullahi wabarokatuh. Maaf ini siapa ya…???
Nomor itu menjawab :
Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh. Benarkan
ini Nurcholis Dwi Nugroho?
Iya benar. Maaf
ini siapa?
Masih ingat denganku? Pasti kamu sudah lupa. Aku
yang menemukan berkas-berkas ijazahmu saat daftar ulang di kampus kemaren.
Oww… Tidak, aku
tidak lupa. Aku masih ingat kok mbak. Maaf kalau boleh tahu nama mbak siapa?
Kukira sudah lupa denganku. Namaku Alexandra. Tapi
teman-temanku biasanya manggil Sandra. Oya jangan panggil mbak, kita kan satu
angkatan. Jadi manggilnya biasa saja.
Terimakasih ya
San, kemaren sudah menemukan berkas-berkasku.
Iya sama-sama.
Ketika makan saya membayangkan kejadiannya :
“ Nurcholis, ada yang namanya Nurcholis Dwi Nugroho?”
berkali-kali perempuan itu meneriakkan sambil mencari pemuda mengelilingi
gedung. Aku duduk di salah satu stan ()sekitar gedung bersama
mahasiswa-mahasiswa baru lainnya yang ditemani seoarang kakak tingkat.
Tiba-tiba aku mendengar ada yang meneriakkan namaku, aku berusaha mencari
sumber suara itu. Akhirnya ketemu “ Mbak mbak..!!! Kenapa memanggil nama saya?”.
Jawab si perempuan ” Tadi aku menemukan berkas-berkasmu di kursi dekat tempat
pemotretan foto KTM”. “Iya mbak, ini punya saya. Makasih mbak, maaf merepotkan”
sambil mengecek berkas. “Alhamdulillah Ya Allah, semoga Engkau membalas
kebaikan mbak yang tadi” teriakku dalam hati.
“Auw……” bibirku tergigit dan membuyarkan semua
lamunanku. Oww… Dia adalah wanita yang menemukan berkas-berkas daftar ulang di
salah satu perguruan tinggi negeri di Malang. Aku masih penasaran. Kok dia masih
ingat denganku, padahal itu sudah setahun yang lalu dan darimana dia
mendapatkan nomor handphone ku ??? Aku saja sudah tidak ingat wajahnya.
Setelah ku investigasi, ternyata dia pernah lihat
foto di laptop temannya yang juga teman sekelasku. Kemudian tidak sengaja
melihat fotoku. Dia langsung minta nomor handphone-ku ke temanku.
Sejak hari itu aku sering sms an dengan Sandra. Pagi,
siang, malam handphone tak lepas dari genggamanku, sms ini itu pokoknya yang
gak penting-penting. Berbeda pendapat dan perselisihan sering terjadi. Tapi
akibat semua itu dari hari ke hari kami makin akrab.
Iseng iseng aku menanyakan akun facebooknya.
Kutambahkan dia sebagai temanku. Kulihat foto-fotonya. Dia seorang wanita yang
cantik. Setelah itu kita saling tukeran foto, chatting. Di kampus kami janjian
ketemuan di taman, dilanjutkan main ke rumah Sandra. Sandra sering main ke
rumahku, karena rumahku yang paling dekat dengan kampus. Semakin lama tingkah
kami semakin aneh. Ternyata kita saling jatuh cinta, meskipun tak diungkapkan.
Kita jalani hari demi hari seperti biasa.
Setelah kami lulus kuliah, aku berusaha untuk
menjauhi Sandra. Atas hasil jerih payahku, aku mendapat beasiswa kuliah S2 di
Mesir dan kuputuskan pergi ke Mesir. Mesir tempat yang selalu muncul di
mimpiku. Saat aku meninggalkan Sandra, sambil terbatuk-batuk kubilang padanya “
San, bagimu menikah adalah kehidupan kedua, lakukanlah dengan baik. Jadi,
carilah suami yang sehat, tampan ,kaya dan yang paling penting paham soal agama.
Agar bisa menghidupimu, menghidupi
anak-anakmu bukan secara materi saja, tetapi rukhiyah juga dapat. Entah
aku tidak bisa membayangkan jika engkau menikah denganku yang miskin ini. ini
ada buku kecil nan imut yang isi-isinya doa-doa, ambillah!”.
Setelah Cholis pergi ke Mesir, Sandra di terima bekerja
di salah satu perusahaan besar di Malang. P.T. Jaya Pemuda Indonesia namanya. Perusahaan ini dipimpin seorang
eksekutif muda yg sudah tidak di ragukan lagi kinerjanya, sekalipun masih
berusia 25 tahun. “Pak Yudha” begitu para karyawan memanggilnya. Semenjak
perusahaan di pegang oleh Yudha, perusahaan berkembang dengan pesat bukan
karena hanya kinerjanya yang bagus, tetapi juga karena sikapnya yang baik dan
peduli terhadap karyawan. Karena melihat kerja Sandra yang cepat tanggap, suka
menolong, rapi, tanggung jawab serta mempunyai akhlak yang bagus. Yudha mulai
tertarik kepada Sandra. Pelan-pelan Yudha menyelidiki kepribadian Sandra di
luar kantor dan orang tuanya. Dengan yakin dan penuh keteguhan Yudha mengajak Sandra
ta’aruf berdasar hasil penyelidikannya. Sandra pun tidak menolak meskipun di
hatinya masih tersimpan nama Cholis. Pria yang masih dicintainya. Sandra berpikir inilah saat yang tepat untuk melakukan perpindahan. Perpindahan dari hati yang lama menuju hati yang baru. Lambat laun
Sandra mulai menyukai dan cocok dengan Yudha. Satu bulan kemudian mereka
sepakat untuk menikah. Mereka memutuskan menikah di Masjid Jami’ yang terletak di sebelah barat Alun-alun
Kota Malang. Pernikahan berjalan kancar yang dihadiri teman-teman Sandra, Yudha
dan orang tua mereka. Setelah satu setengah tahun mereka mempunyai satu anak.
Pada saat mereka jalan-jalan dengan mobil ke
Ramayana, Sandra melihat sepasang orang tua yang berjalan di pinggir jalan
kehujanan. Sandra mengenalinya, mereka adalah orang tua Cholis. Dan Sandra bilang ke
suaminya “ Mas berhenti, itu orang tua teman saya, apa boleh mereka numpang di
mobil kita?”. Suaminya mengiyakan. Setelah mengantar ke tempat tujuan orang tuaku,
Sandra kaget. Tempat yang ada di depannya adalah pemakaman. Sandra bertanya
kepada ibuku “ Bu mau ziarah ke makam siapa ?”.
Kemudian orang tua Cholis menceritakan semuanya kepada
Sandra.” Cholis tidak jadi pergi ke Mesir. Cholis terserang kanker, dan
akhirnya pergi ke surga. Cholis menginginkan Sandra mempunyai keluarga yang harmonis,
maka dengan terpaksa Cholis berbuat demikian. Cholis percaya kalau kamu akan
mendapatkan suami yang baik. Cholis yakin kamu akan datang ke makam dan
mendoakan Cholis dengan membaca buku yang diberikannya yang selalu dibawanya di dalam tas”.